My Curious Way: [170409] Road To Hutan Pinus Semeru.

05:16



My Curious Way: [170409] Road To Hutan Pinus Semeru.




Hutan Pinus Semeru, jalurnya ajib!!!

Tahu tentang Hutan Pinus Semeru (HPS) secara nggak sengaja. Ketika blusukan di akun abang xxxx (?), nemu akun trail rider yang foto profilnya dia lagi selca yang background-nya hutan pinus. Kok bagus gitu ya tempatnya. Cakep. Langsung googling pakek kata kunci Sumber Putih Wajak. Karena info lokasinya itu. Nemunya foto-foto yang bikin penasaran. Unik deh itu hutan pinus. Ada payung terbangnya (??).

Info dapat. Simpan. Nunggu waktu luang buat jalan. Rencananya sih pas libur hari Selasa itu. Tapi, takdir berkata lain. Si Jagiya yang waktu itu tangkinya bocor, belum beres dibenahi. Akhirnya gagal.

Setelah itu, aku mengalami kecelakaan dan ke wali lima. Cancel lagi.

Dalam perjalanan pulang dari wali lima, Prime Eonni kirim pesan. Ngajakin ke Hutan Pinus Semeru. Eh? Kok kayak ndak asing ya. Setelah googling, ternyata HPS itu ya hutan pinus yang jadi background selca trail rider yang ada di list teman abang xxxx itu.

Besoknya apa malamnya ya. Besoknya kalau nggak salah. Chat di PM Facebook sama Dree yang ternyata udah dari sana. Mulai nanya rute dan medannya. Dree bilang medannya ajib. Cucok kalau ke sana naik motor trail. Bahkan dia candain aku suruh ngajak Lexi aja kalau ke sana. Minta diboncengin motor trail. Hahaha. Dasar Dree usil.

Setahuku motornya Dree matic. Aku tanya, iya. Matic aja mampu, Jagiya pasti mampu dong. Yuk, lah! Kita ladub kan. Tapi, Dree berpesan sebaiknya aku ke sananya ndak sendirian. Maksudnya kayak biasanya; satu motor dua orang. Dree nggak tega karena jalan menuju ke sana sepi.

Khawatirnya Dree samaan ma Ebes. Ebes juga bilang Sumber Putih itu masih ndeso. Jalurnya sepi. Makaya Ebes bilang kalau ada rencana main ke sana mau ditemenin. Sekalian ngajak Memes dan Nduk Ra. Baiklah! Kita atur jadwal touringnya.

Hari Selasa... seingatku se Selasa. Tiba-tiba mbak chef cantik, Mbak Khusnul upload foto HPS. Kyaaa!!! Daku kebakaran ekor (???) Mbak Khusnul main-main ke sana, tapi aku nggak diajak. Hahaha. Enpi ini mah namanya.

Langsung nanya-nanya Mbak Khusnul tentang jalur ke HPS. Mbak Khusnul membenarkan tentang jalur yang sebenarnya lebih cocok ditempuh dengan motor trail itu. Tapi, Mbak Khusnul bilang dia ke sana naik Scoopy nyampek kok.

Nah! Matic lagi. Matic aja mampu. Jagiya pasti mampu juga. Makin semangat buat ladub. Pesan Mbak Khusnul sama ma Dree. Sebaiknya ke sana rame-rame. Kata Dree jalurnya itu lewat tegalan (ladang yang mirip hutan). Mbak Khusnul membenarkan hal itu. Dengan tambahan, walau tegalan rame kok yang ke sana.

Aku juga nanya apa jalur ke sana nanjaknya banget. Kata Mbak Khusnul ndak. Setelah aspal alus bin mulus, makadam, lalu jalan tanah. Nah, jalan tanah ini yang rada bikin grogi. Maklum ye, eike pernah jatuh di jalur menuju Coban Jahe. Jadi, rada trauma gitu lah.

Aku nanya, seberapa jauh jalan tanahnya. 500 meter kata Mbak Khusnul. Ok! Bismillah. Asal nggak hujan, inshaa ALLOH aman. Dree juga berpesan, kalau cuaca mendung mending jangan ladub. Mbak Khusnul juga berpesan, kalau nyampek sana trus mendung buruan turun. Karena jalannya kayak jalan lahar, kata dia.

Informasi selesai terkumpul, eh pas hari apa ya. Lupa aku. Pokoknya Kelinci tiba-tiba ke markas nanyain hutan pinus kayak Bedengan yang ada payung-payungnya. Aku bilang itu HPS dan hari Minggu aku mau ke sana. Kelinci langsung daftar ikut touring. Yes! Oleh bolo maneh. Sementara udah ada tiga motor, enam orang sip. Tinggal nunggu keputusan dari Prime Eonni.

Hari Sabtu pastiin siapa aja yang mau ikut. Ternyata Kelinci mundur. Ada kondangan kata dia. It's ok lah. Ebes sama Memes juga mundur karena Nduk Ra ndak boleh ikutan sama bundanya. Tinggal aku dan Mbak Siti Maimun doang dong? Karena Prime Eonni janji kasih keputusan sore.

Dilema!!! Hasil riset udah terkumpul, Jagiya udah ok, patner udah ada. Tapi, peserta touring banyak yang mundur. Sebelumnya ada Jed juga. Tapi, setelah hari di tentukan, jadwal bentrok. Jadi, mundur deh si Jed.

Banyak plan B memenuhi otak. Kalau Prime Eonni mundur juga, nggak papalah berangkat sama Mbak Maimun aja. Tapi, dilarang sama Tunjung kalau berdua aja.

Plan B #1. Ke Gunung Kawi aja gimana? Tapi, jauh mamen!

Plan B #2. Balik ke Lembah Tumpang Resort aja deh. Kan katanya udah di buka untuk umum tuh. Dari LTR, lanjut naik ke Nusa Pelangi buat beli susu segar. Ok! Gitu aja. Nanti nongki di jalur ke Coban Pelangi juga Ok. Atau nyoba makin naik. Sapa tahu nyampek Ngadas.

Sip! Gitu aja. Deal sama Mbak Maimun yang nurut apa kata jokinya. Hehehe.

Ternyata, malam harinya itu Prime Eonni kirim WA. Tapi, aku udah tidur. Eonni nanya besok berangkat jam berapa. Hurray!!! Prime Eonni jadi ikut. Keturutan dah jalan sama si cute Dante. Kami pun janjian berangkat pukul delapan pagi. Janjian ngumpul di jalan tembusan.

Ternyata Prime Eonni, Mas Apuk, dan si cute Dante nyusul ke markas. Lalu, kami berangkat sama-sama nyusul Mbak Maimun yang udah nunggu di tempat janjian. Bismillah! Ladub!

Di tengah jalan, liat penunjuk bensin (????) kok nggak sreg kalau nggak full ya. Akhirnya pas Prime Eonni mampir Indomart, aku nyari kios bensin. Eh cieee... kios bensin. Ngarepnya Lexi lagi gitu ya yang nglayani. Eh dapetnya kios bensin yang dijaga emak-emak. Hehehe. Langsung tenang liat bensin Jagiya full. Kenyang dia. Oya, aku pun sarapan nasi. Karena udah dapat gambaran tentang jalurnya, aku harus punya banyak energi. Hehehe. Sarbunya di skip dulu.

Mas Apuk yang bonceng Prime Eonni dan Dante yang jadi penunjuk jalan. Awalnya Mas Apuk nanya apa aku tahu tepatnya tempatnya di mana. Aku bilang masih sama-sama nyari. Mas Apuk bilang, ok kita cari.

Pas nyampek Codo, aku bingung kok Mas Apuk terus. Ndak belok. Padahal kata Mbak Khusnul kan belok kiri. Mungkin ada alternatif lain. Aku liat Prime Eonni sibuk sama ponselnya. Pasti pakek panduan Google Map. Aku manut aja. Maklum aku ndak isa baca peta. Hahaha.

Di perempatan Sanan itu belok kiri. Ada petunjuk Sanan Rejo. Loh? Kok Sanan? Apa nggak keliru? Mbak Maimun yang duduk dalam boncenganku udah cek Google Map juga. Tapi, dia malah nemunya Hutan Pinus Semeru Lumajang. Walah!!! Kok adoh emen. Nurut Mas Apuk aja deh.

Masuk desa... duh lupa aku namanya. Di sana ada spanduk tentang tempat wisata Boon Pring Andeman. Lah? Kok Boon Pring? Kebun pring? Bambu? Bukan pinus?


Nyampek di... pertigaan ya? Pokoknya persimpangan jalan gitu. Kami berhenti. Ada petunjuk arah Boon Pring Andeman. Lalu ada bapak-bapak jual cilok lewat sambil nanyain kami, "Tempat wisata ya?"



Kami jawab, iya. Bapaknya kasih kode agar kami ngikutin beliau. Kami manut.

Ada jalan makadam lalu tanah. Mungkin bener. Tapi, otak cancerku masih mikir: kok bon pring bukan alas pinus.

Nyampek lokasi, kami digiring buat parkir. Aku ngikutin Mas Apuk, menuruni jalan menurun (?????) menuju area parkir. Usai aku parkirin motor, Mas Apuk nyamperin. "Kita salah lokasi," gitu katanya. "Nyasar kita," imbuhnya.

Nyasar? Etapi, ini tempat bagus. Oh! Jangan-jangan ini pemandian yang dibilang Bu Anik?

Nggak papa dah nyasar. Bathi ngaso. Aku langsung minum air putih dan duduk-duduk.



Di Boon Pring Andeman ini parkir bayar Rp. 3000,- Untuk tiket masuknya Rp. 5000,- kalau nggak salah. Kami nggak masuk sih. Cuman duduk-duduk di area parkir. Karena tujuan utamanya HPS, kami memilih tidak masuk ke Boon Pring Andeman. Kami memilih melanjutkan perjalanan usai lelah kami hilang.

 Bocah mancing di sungai di pinggir jalan menuju Boon Pring

Lanjut lagi. Lewat perkampungan dan kebun pring. Jalan makadam yang menanjak. Ketemu perkampungan asri. Jalan raya lalu sampai pada Desa Sumber Putih. Hurray!!!


Pas pulang aku cerita ke Ebes Memes kalau kami nyasar. Kata beliau berdua, itu nggak nyasar. Karena lewat situ pun bisa. Bener sih. Emang bisa. Mas Apuk dan Prime Eonni keren deh!!!

Nemu petunjuk HPS. Belok kiri petunjuknya. Ketemu jalan aspal yang rusak. Clue pertama setelah aspal alus. Makin naik ketemu jalan makadam. Ok! Clue kedua!

Dan, kejutan!!! Kami sampai di jalan tanah. Jalan tanah yang kata Dree jalan lempung berpasir. Aku nelen ludah. Busyet! Gini amat jalurnya. Nerpes? Iya banget. Parno? Dikit! Bahkan, momen ketika jatuh di jalur menuju Coban Jahe sempet terlintas. Anxie, sialan!!!



Bismillah tujuh kali sambil tahan napas. Aku pun terus melaju. Hanya 500 meter saja, U. Kamu pasti bisa. Yap! 500 meter saja.

Jalan tanahnya padet. Tapi, pasirnya itu yang bikin licin. Untung udah cek ban Jagiya belum alus. Remnya juga pakem. Kata Mbak Khusnul, asal ban nggak alus dan rem pakem aman! Ok! Aku aman.

Jagiya sempet oleng karena motor di depanku mendadak berhenti. Spontan aku pakai rem depam. Oleng lah Jagiya. Tapi, dikit aja olengnya. Huft! Babo jara! Medan gini jangan sampai pakai rem depan. Bisa jatuh kamu!

Ibu-ibu dalam boncengan motor depan minta turun. Maklum jalannya agak menanjak. Ngeri kata beliau. Jadi mending jalan kaki. Mbak Maimun juga milih turun. Ok! Huft! Huft! Bismillah. Lajukan Jagiya di jalan menanjak. Lolos.

Hanya ada kami, dua motor, empat orang, satu anak-anak. Mas Apuk udah jauh duluan. Kami gantian nempuh jalurnya. Ibu-ibunya nanya aku anak mana. Lalu beliau komentar, "Jauhnya. Aku orang deket sini sih Mbak. Tapi, baru pertama kali ini ke sini."
"Jalurnya ajib. Kata temen saya cuman lima ratus meter. Ternyata jauh banget," balasku.
"Ini satu kilo lebih, Mbak. Masih jauh dari lokasi!"
"Iya kah?"
"Iya."
"Woa! Semangat aja ya, Bu."
"Iya. Mbak juga semangat. Hati-hati."
"Iya, Bu."


Pilih jalan yang keras (padat), U. Jangan sampai pakai rem depan. Kalau merasa nggak mampu, suruh Mbak Maimun turun.

Entah berapa kali Mbak Maimun turun dari boncengan. Bahkan, pas kami lagi sibuk nyari jalan yang paling gampang dilalui, ada dua motor trail mendekat. Mereka langsung lewat gitu aja. Hueee!!! Kayal ngece deh. Padahal masih ABG ridernya. Walau agak oleng PD aja mereka. Hahaha.








Jalan ini tuh ngingetin aku jalur ke Sumberejo beberapa tahun yang lalu. Kami nyebutnya jalur "kali mati". Ini lebih parah sih dari jalur Sumberejo. Aku juga bolak-balik minum air putih buat ngilangin gugupku. Badan udah panas, ongkep karena medannya aje gile.

Dan, kami berhasil. Hurray!!! Alhamdulillah nyampek pintu masuk dengan selamat. Pengunjungnya... membludak! Motor semua. And yeah, kayak kata Dree. Ada motor trail juga.


Ketemu Mas Apuk dan Prime Eonni juga Dante di parkiran. Mereka dapat parkiran deket pintu masuk. Aku? Nyepit. Hahaha.

Tiket masuknya ya karcis parkiran itu. Rp. 5000,- Murah ya.


Emang kayak di foto-foto yang aku temuin dari Mbah Google. Banyak payung terbangnya. Hehehe. Bukan terbang sih, tapi melayang. Payung melayang yang didominasi warna merah-putih. Indonesia banget!!!









Sumpah rame banget. Di sana-sini full orang. Rumah pohon full. Mau foto di bentuk love-love (??????) ngantri. Itu apa ya, kayu trus dikasih replika daun. Tengahe ada bentuk hati. Gitu deh. Banyak peminatnya. Begitu juga rumah pohonnya.



Kami duduk melepas lelah sambil memperhatikan sekitar. Liat ramainya pengujung, niatku bikin VLOG langsung sirna. Malu euy! Mereka pada bawa DSLR atau ponsel bagus-bagus. Daku bawa ponsel 2G yang sempet ngambek pas nyampek lokasi. Poor me ya!!!


Ada hammock juga. Sewa hammock-nya Rp. 7000,- Gatau hitungannya per jam apa gimana.


Ada ayunan juga. Ngantrinya lumayan buat foto di ayunan.

Untuk tulisan-tulisan unik kebanyakan di taruh di bagian tengah area yang padat pengunjung. Jadi, kalau pas lagi rame kayak hari Minggu gitu. Harus sabar buat ngantri foto. Sayangnya aku ndak sabar dan lebih milih ke area lampion yang mirip di pulau Nami Korea nurut aku. Hihihi.





Kalau jalan nunduk ya. Nanti bakal ketemu tulisan unik dari buah pohon pinus. Aku nemi tulisan HPS dari buah pohon pinus yang ada dalam ranting yang dibentuk menyerupai televisi. Sayang Yu pas ngambek. Jadi, aku nggak bisa abadiin tulisan itu.

Area lampion. Nurut aku ini poin yang bagus. Buat prewedd juga bagus. Eh! Prewedd. Hahaha.


Jadi, area lampion ini jalan yang memisahkan area hutan pinus utama yang padat pengunjung dengan hutan pinus lainnya yang masih... liar. Masih banyak rerumputannya gitu. Di atas jalan ini tergantung lampion warna-warni berbentuk bulat. Unik nurut aku. Dan, aku suka di titik itu. Nice point.


Jalan ini juga mengarah ke tempat lain kayaknya. Entah ke mana. Banyak trail rider yang menuju ke arah itu. Mungkin bisa ke Semeru? Bisa jadi.

Poin lain yang bikin aku senang adalah... toilet!!! Airnya juga melimpah. Cukup bayar Rp. 2000,- untuk ke toilet. Aku sampai dua kali ke toilet karena beser.

Kios pun banyak. Rata-rata jual kopi. Tapi, air putih juga ada lho. Poin yang bikin aku hepi juga. Hahaha. Bakso dan cilok juga bejibun. Pop mie ada juga. Tinggal pilih dah.

Ada momen lucu pas aku beli air mineral. Aku pilih botol ukuran tanggung. Di sana dijual Rp. 3000,- aja. Aku kaget dong.
Aku pun nanya ke ibu penjualnya. "Buk, ini beneran tiga ribu rupiah?" tanyaku.
"Iya, Mbak. Kenapa?" ibu penjualnya natap aku dengan ekspresi agak nggak ramah.
"Murah banget." jawabku.
"Ah! Sampean ini bisa aja, Mbak." ibu penjual itu tersenyum.
"Beneran, Bu. Ini di hutan lho. Kok dijual cuman tiga ribu rupiah saja." Aku mikirnya mungkin lima ribu per botol. Kan medan ke lokasi susah. Apalagi kalau bawa barang. Tapi, kok dijual sama dengan harga di kampung.
"Itu sudah dapat untung kok, Mbak." jawab ibu penjual.

Aku milih kios itu karena kios itu yang paling sepi. Aku tersenyum dan berterima kasih pada si ibu. Semoga ibu dagangannya laris. Aamiin...

Btw, itu ibu jualan sama anaknya yang masih balita. Semoga ibu penjual itu sudah tahu kalau harga kulakan air mineral botol tanggung itu naik. Di sini harga jualnya udah setara sama harga jual di HPS. Kalau ibunya nggak tahu kan kasihan. Suer pas salesku dateng, aku jadi kepikiran ibu penjual itu.

Pukul sebelas siang, kami memutuskan untuk balik. Khawatir keduluan hujan. Mengerikan kalau medannya kayak gitu ditambah guyuran hujan.

Pas jalan menuju area parkir, Dante ngoceh, "Momok! Momok!"

Hueee... ini bocah liat apa ya? Secara itu emang alas banget. Nggak heran kalau masih ada "momoknya". Kalau di hutan pinus x yang pernah aku kunjungi kata Tunjung didominasi peri. Mungkin begitu juga di HPS. Tapi, kenapa Dante bilang momok? Ah, entahlah. Jangan bahas soal ini deh. Hehehe.

Tadi pas berangkat udah tahu jalur balik. Ngeri. Mikir apa aku mampu lewatin jalur itu. Pas balik, alhamdulillah bisa. Walau Mbak Maimun harus turun juga sebanyak... tiga kali kalau nggak salah. Tapi, intensitas turunya nggak sebanyak pas berangkat.

Aku sempet diketawain bapak-bapak yang menuju lokasi pas posisi milih jalan. Entah apa yang bikin bapak-bapak itu ketawa sampai ngakak-ngakak liatin aku. Dun ker lah! Seng penting aku karo Jagiya hepi. Tapi, Mbak Maimun yang rada emungse. Hahaha. Woles ae, Mbak. Seng penting kita happy. Abaikan saja bapak-bapak itu.

Perjalanan pulang pisah lagi sama Mas Apuk. Kali ini barengan sama dua sejoli. Kami gantian pakai jalan (???????). Kadang kami dulu, kadang mereka dulu. Kalau medannya susah, kami harus gantian sama pengunjung yang naik.

Makin siang makin ramai yang naik. Di tanjakan terakhir, papakan pikep ngangkut dua ekor kuda. Untung ada latar (halaman) rumah penduduk. Aku menepikan Jagiya di sana. Di halaman rumah sederhana itu, ada mbah-mbah yang asik nginang lagi ngobrol sama mas-mas penjual sayur. Kami permisi nunut minggir, nepi, nunggu pikepnya lewat. Di belakang pikep itu, belasan motor, eh lebih ding. Pada berbaris untuk naik.

"Lha ya, orang-orang ini lho. Cari susah apa naik ke sana. Jalane ya kayak gitu. Liat apa di sana." kata mas penjual sayur sambil mengamati barisan motor yang mengekor di belakang pikep.
"Rame. Kapan hari ada orkesnya juga." kata si mbah sambil nginang.
"Kapan? Aku dibohongi itu. Disuruh naik katanya ada hiburan. Pas ke sana, ternyata nggak ada apa-apa."

Aku yang duduk di atas Jagiya, tersenyum saja mendengar obrolan mereka. Sambil menahan rasa kebelet pipis. Maklum, selama perjalanan turun, aku bolak-balik minum juga. Herannya, aku keringetan tapi kok ya kebelet pipis.

Setelah barisan motor selesai lewat, kami berpamitan pada si mbah dan mas penjual sayur untuk melanjutkan perjalanan. Alhamdulillah sampai di jalan makadam.

Nggak jauh dari perbatasan jalan tanah dan makadam, ada mushola yang ada kamar mandinya. Aku pun bergegas mampir untuk nebeng ke kamar mandi. Jujur aku sebenernya malu banget. Malu karena mampir ke mushola hanya untuk nunut pipis. Tapi, kalau nekat nahan. Bisa-bisa aku ngompol karena nggak ada SPBU di rute yang kami lewati.

Sebelum masuk kamar mandi mushola aku minta maaf. Minta maaf pada-Nya karena mampir mushola hanya untuk numpang ke kamar mandi. Posisi memang belum masuk waktu dzuhur. Usai nebeng ke kamar mandi, aku pun kembali meminta maaf pada-Nya. Aku yakin Dia nggak akan mempersulit makhluk-Nya. Itulah kenapa aku dibuat menoleh dan menemukan kamar mandi di mushola saat aku udah nggak tahan sama rasa kebelet pipis. Tuhan Maha Asik. Tuhan Maha Keren.

Lanjut jalan, ternyata Mas Apuk dan Prime Eonni juga Dante nungguin di masjid. Habis nebeng pipis juga katanya.

Pulangnya kami lewat jalur yang tembusnya ke Codo. Ternyata benar ada beringin besar di sana. Jadi inget jalan ke Gunung Kawi. Kapan kita ke sana lagi? Heuheuheu...

Pas di HPS, janjian mau makan pangsit dulu sebelum pulang. Gara-gara pisang, kami terpisah lagi. Akhirnya kami pulang duluan karena baru telefon pas kami nyampek Gadungan. Akhirnya aku sama Mbak Maimun pulang duluan.

Karena aku udah laper banget, aku maunya makan dulu. Tapi, gamau bakso. Lagi mblenger sama bakso. Akhirnya sepakat ke Mie Woles. Eh, ternyata kedainya tutup. Ya udah, ke Mie Cetar. Ternyata rame. Parkiran full. Akhirnya meluncur ke Raos Agung. Alhamdulillah keturutan makan di Raos Agung. Biasanya kan dibungkus. Ini dimakan di tempat. Dan itu lebih nikmat sodara. Hehehe.


Well, itu lah kisah perjalanan ke Hutan Pinus Semeru. Kalau mau main ke sana, siapin fisik aja. Fisik kita juga fisik tunggangan kita. Harus sama-sama fit dan sama-sama kenyang. Lelahnya terbayar kok sama indahnya panorama di HPS.



Jadi, mikir. Apa dulu yang nemuin tempat itu dan bikin tenar anak trail ya?




Oya, gara-gara Dree bilang di sana tempat tongkrongan anak trail. Aku sampai bawa novel Cintaku Bersemi di Kios Bensin lho. Sapa tahu ketemu Lexi. Ya, kan? Hahaha. Emang banyak anak trail. Apa yang aku rasain sama kayak pas ke Njemplang. Liat banyaknya anak trail di sana, malah nggak baper. Hahaha.



Silahkan aja buat yang mau main ke HPS. Terima kasih buat yang udah baca. Maaf jika ada salah kata.


Tempurung kura-kura, 12 April 2017.
.shytUrtle.


 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews