Bilik shytUrtle: Diary Melawan Anxie #4

05:45



Bilik shytUrtle: Diary Melawan Anxie #4


Diary terakhir di pos pada 12 September 2016. Seminggu sudah ya. Apa kabar? Aku berharap semua sehat dan bahagia selalu :-)

Bagaimana denganku seminggu ini? Alhamdulillah baik. Hari-hariku berjalan menyenangkan.

Menengok kembali ke belakang, ke masa beberapa tahun yang lalu. Dulu aku punya maag, dulu aku (juga) gemuk. Tapi dulu aku nggak pernah punya keluhan sakit yang berarti. Paling kalau lagi musim flu kena flu. Itu aja. Tekanan darah pun selalu stabil. Bagaimana dulu aku bisa begitu?

Mengingat-ingat tentang semua kenangan dan menemukan jawabannya. Dulu aku sehat karena aku terus bergerak dan bahagia. Walau status 'pengangguran (dan jomblo, eh! Bagian ini nggak usah disebut seharusnya. Hahaha.)' aku bahagia. Aku menikmati hari per hari, menit per menit, detik per detik. Tanpa khawatir, tanpa cemas. Esok ya urusan esok. Hari ini biarlah berjalan sesuai skenario Tuhan.

Kata iklan: teruslah bergerak agar sehat! Itu beneran lho! Dulu aku gendut tapi sehat wal afiat karena aktif bergerak. Karena status pengangguran, tiap pagi kerjaan pun ala-ala ibu rumah tangga. Masak dan bersih-bersih rumah. Dulu ada jadwal ngepel lantai tiga kali seminggu. Ini lumayan bikin berkeringat. Lalu ada jadwal senam aerobik bersama Berty Tilarso seminggu dua kali. Senam sendiri di rumah. Nonton VCD Berty Tilarso. Lalu tiap sore bersepada blusukan ke desa-desa tetangga. Hampir tiap hari Minggu renang--bersepeda lalu berenang. Kalau musim liburan ada bonus hiking.

Ah! Hidupku dulu sangat aktif dan menyenangkan. Jadi kangen bersepeda, kangen renang, kangen hiking. Heuheuheu...

Dulu aku juga bahagia. Mungkin karena masih nganggur (dan jomblo) jadi nggak banyak yang dipikirin gitu kali ya.

Kebetulan di rumah itu jadi markas tempat ngumpulnya anak-anak. Dan aku yang nanggur, banyak menghabiskan waktu untuk bermain bersama anak-anak. Ada balita, ada anak TK, ada anak SD, ada anak SMP. Tahu kan anak-anak kalau diajak main pasti bahagia, kan? Nah, mungkin aku ketularan 'energi' mereka jadi ikutan 'bahagia'. Orang bahagia jauh dari stres. Orang jauh dari stres udah pasti sehat.

Bermain. Belajar bersama. Ah, benar-benar menyenangkan!

Banyak bergerak: sehat, bahagia, kreatif, dan produktif.

Bukan berarti aku yang sekarang nggak kreatif ya! Ehm! Nggak terima dibilang nggak kreatif. Huft! Bedanya kalau dulu ada yang minta tolong apa gitu, ide langsung muncul. Kalau sekarang? Harus cari inspirasi dulu. Heuheuheu.

Kreatif dan produktif. Dulu kalau mau ada pentas seni, dengerin koleksi musik langsung muncul ide: yuk bikin pertunjukan dengan lagu ini, dance gerakannya gini-gini. Atau: oke, aku ada naskah drama. Kita pentasin ya. Kostumnya gini, lagunya pakek lagu ini dan ini.

Mungkin dulu lebih kreatif dan produktif karena medianya ada yaitu anak-anak. Jadi apa yang ada di kepala bisa dituangkan dan divisualisasikan sehingga yang punya otak nggak stres XD Faktor lainnya aku rasa ya karena ketularan energi bahagianya anak-anak tadi. Semangat mereka pas bermain atau belajar bersama, dan pas latihan. Itu nyetrum ke aku. Jadinya selalu antusias, positif, dan bersemangat.

Selain banyak bergerak, hidupku dulu juga teratur. Walau pagi sarapan kopi/teh, tapi makan nggak telat dan tidur teratur. Tidur siang iya. Jadi walau malem.begadang, kebutuhan tidur tujuh jam terpenuhi.

Perubahan itu pasti terjadi dan nggak bisa ditolak. Yang dibutuhkan adalah bagaimana cara menyikapinya dan beradaptasi sama perubahan itu.

Aku tahu kenapa Peterpan memutuskan nggak mau berubah jadi dewasa. Karena menjadi dewasa itu ribet. Anak-anak yang dipikirin paling cuman main aja. Main bikin bahagia, bahagia jauh dari stres, dan jauh dari stres itu sehat! Kalau jadi dewasa bakal mulai mikirin kerjaan, kebutuhan sehari-hari, dan ehem! Cinta! Hiks!

Saat status berubah dari 'pengangguran' menjadi 'bekerja' jelas perubahan terjadi. Masuk dunia kerja pikiran mulai dirasuki tentang segala tetek bengek masalah pekerjaan yang nggak jarang bikin stres. Waktu bermain pun jadi berkurang bahkan nggak ada sama sekali. Bayangin pulang kerja, capek-capek diajak main. Udah pasti milih tidur daripada bermain, kan? Kadar kebahagiaan jadi kurang.

Awal-awal masih bisa di handle karena masih bersemangat. Pola hidup juga masih baik. Tapi seiring berjalannya waktu: kerjaan makin padet, anak-anak bertumbuh dan sibuk dengan sekolah mereka, dll, dsb, dst. Beradaptasi bisa, tapi menyikapinya yang salah.

Makan mulai nggak teratur. Nggak pernah bersepeda sore lagi. Renang setiap hari Minggu ditinggalkan. Begadang masih tetap berjalan. Stres! Sakitlah! Kapok wes!
Jadi keinget semuanya di masa lalu. Nggak yang baik-baik aja, tapi yang buruk juga (termasuk ditinggal nikah sama gebetan. Ups!)

Ambil sisi positifnya dan praktekan! Terapkan!

Ingin sehat? Tetaplah bergerak!

Karena terbatasnya ruang dan waktu (?), bergerak versi aku ya bergerak saja. Nyalakan musik dan bergerak. Awalnya gerakan kayak pemanasan, lalu ya bergerak saja. Aku nggak bisa dance, jadi ya bergerak saja. Gerakan badan mengikuti alunan musik. Tapi musiknya pilih yang bikin semangat ya! Tiga lagu udah cukup bikin keringetan. Lalu beralih ke gerakan pendinginan.

'Pokoknya bergerak' ini aku lakuin pagi. Di tempat kerja. Whatever-lah orang mau komentar apa. Awalnya buat menghindari 'jam rawan serangan anxie'. Lalu seminggu ini sudah menjadi sebuah kebiasaan.

Efeknya gimana ke tubuh? Kliyengan dan pusing hilang. Bener kata Dokter-dokterku: kamu kurang gerak. Makanya darah nggak lancar ke otak, jadinya pusing dan kliyengan.

Go! Keep on moving! Terus bergerak!


Let's kiss the sunshine!

Berjemurlah! Jangan takut sama sinar matahari. Kalau bisa milih waktu yang pas nggak bakalan pusing kok.

Dulu sempet takut sama sinar matahari. Bukan takut item lho ya! Tapi mataku sakit kalo kena sinar matahari. Eum, mungkin lebih tepatnya sakit karena ada di tempat yang terlalu terang. Terkadang pusing setelah kena sinar matahari. Dan setelah kepanasan lalu hampir pingsan karena anxie, jadi makin takut sama sinar matahari.

Bahkan saat Kak Lee kasih saran, "Berjemurlah. Sinar matahari ampuh buat ngusir anxie." Aku pun masih ragu, takut buat berjemur.

You never know if never try. Nyoba makanan sampai kadang berakhir tepar aja berani, masak nyoba berjemur nggak berani? Akhirnya memberanikan diri berjemur. Milih waktunya jam tujuh pagi. Hasilnya? Aku selamat. Nggak meleleh. Aku bukan vampir seperti yang suka diolok-olokan! :-D

Merasa aman, jadi ketagihan. Pas matahari nggak muncul karena langit mendung jadi kangen. Ngarep-ngarep sinar matahari. Sinar matahari yang dulu dihindari sekarang dicari.

Seminggu ini berjemur masuk dalam daftar runtinitas pagi. Setelah buka dan bersihin toko, nampanglah di depan toko buat berjemur. Awalnya sempat risih. Maklum, sebelumnya dateng, masuk toko, udah nggak keluar lagi sampai jam pulang tiba. Tapi seminggu ini, dateng, siapin toko, nampang depan toko. Hahaha. Jelas aja jadi perhatian. Whatever! Yang penting kebutuhan tubuh untuk bebas dari anxie terpenuhi.

Jangan biarkan perutmu kosong. Bahaya kalau perut sampai kosong. Ntar jadi, "Lo resek kalo lagi laper!" Hehehe.

Karena kita orang yang punya masalah sama lambung, jadi kita harus sering-sering makan dalam porsi dikit. Kalau perut sampai kelaperan, nggak nutup kemungkinan anxie bisa ikutan nimbrung nyerang. Makanya perut harus senantiasa berisi. Tapi bukan berarti makan sepanjang waktu ya. Janganlah jadi hidup untuk makan!

Kalau aku pagi sarapan semangkuk pepaya. Kalau jam sembilan atau jam sepuluh udah laper lagi, lanjut makan sebutir telur rebus. Paling pagi jam setengah dua belas baru makan besar: nasi, sayur, dan lauk. Alhamdulillah pola makan kayak gini membantu sekali.

Kapan hari dikasih tomat satu kresek tanggung. Sejak saat itu rajin minum jus tomat (dua butir tomat diblender) tiap sore sepulang kerja. Alhamdulillah enak juga ke badan.
Sebisa mungkin jangan makan makanan pantangan.

Selalu bersih.

Kapan hari baca artikel hasil pencarian Google. Katanya 'tubuh kotor' yang menimbulkan 'rasa tak nyaman' juga bisa memicu anxie. Setelah baca artikel itu, aku merubah kebiasaan sepulang kerja.

Dulu setelah pulang kerja cuci kaki lalu langsung rebahan. Seminggu ini pulang kerja langsung bersihin rumah lalu mandi. Setelah mandi baru rebahan. Rebahan ya nggak tidur. Tidur sore nggak baik katanya. Tapi emang kalau tidur setelah ashar, bangunnya nggak enak ke badan. Jadi mending buat rebahan sambil dengerin musik instrumental, rileksasi. Sepuluh menit aja. Dijamin energi yang ilang bakal balik lagi.

Just be relax. Santai aja.

Orang yang punya anxie harus sering-sering rileksasi. Sepulang kerja, rileksasi. Sehabis Maghrib, meditasi. Ini bikin pikiran tenang.

Rutin sepulang kerja rebahan rileksasi. Lalu sehabis Maghrib meditasi: duduk bersila, mengosongkan pikiran, lalu memasukan sugesti positif.

Selesai meditasi masih rebahan lagi. Untuk merilekskan mata. Untuk ini aku pakek masker dari Oriflame. Ehm! Maaf nyebut merk. Tapi alhamdulillah berguna. Aroma lanvendernya bikin rileks pikiran dan mata.

Masing-masing sepuluh menit, tapi rutin. It's work!

Keep happy! Berbahagialah.

Banyak cara untuk berbahagia. Kalau nonton drama Korea bikin bahagia, just do it! Kalau karaoke di kamar bikin bahagia, lakukan! Nggak papa. Asala sesuai takaran ya.
Kalau aku dengan menulis dan membaca. Itu bisa bikin bahagia. Apalagi kalau bacaannya yang lucu-lucu. Udah pasti bikin tertawa bahagia. Hehehe.

Selain menulis dan membaca, nonton video di Youtube juga bisa ngalihin pikiran parno dan kalut. Kayak kemaren ya, sebel seharian. Akhirnya berkelana di Youtube. Nonton dramanya Mas Junki yang Scarlet Heart episode #1. Lalu lanjut nonton live performance Westlife.
Rasa kesel dan sebel itu pun ilang. Cuman agak susah pas mau bobok karena nonton videonya terlalu dekat sama jam tidur. Hehehe.

Apapun yang bikin kamu bahagia, lakukan! Asal jangan bahagia di atas penderitaan orang lain ya. Hehehe.

Btw iseng bin usil juga bisa bikin bahagia lho. Ini pernah aku sebut sebagai resep awet muda. Astaga! Bagian ini jangan ditiru. Hehehe.

Tidur yang cukup. Sehari tujuh jam.

Tersenyumlah.
Banyak efek positif yang bisa ditimbulkan dari sebuah senyuman.

Aku ingat Dokter Anggoro Eka Raditya pernah menyarankan untuk tersenyum simetris biar tensi seimbang. Nah, masih enggan untuk tersenyum?


Tuhan ada bersamaku.

Saat semua usaha sudah dilakukan, hal terakhir untuk menyempurnakan itu semua adalah berdoa. Curhat. Manja-manjaan sama Tuhan. Kalau bukan kepada-Nya, mau ke siapa lagi?
Untuk ini, masing-masing individu punya cara tersendiri.

Eum, apalagi ya? Itu semua yang aku lakuin seminggu terakhir dan alhamdulillah itu bekerja sangat baik padaku. Seminggu ini kondisiku stabil.

Sebenernya fase 'angel' itu bisa diciptakan ya. Kalaupun masuk fase 'monster' (saat lagi dapet misalnya), aku rasa bisa dinetralisir sama metode di atas.

Ini perjuangan yang harus terus dilakukan. 21 hari untuk menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan permanen. Jadi walau ada godaan apa pun, jangan sampai putus di 21 hari pertama atau harus mengulang lagi dari awal. Aku pun sedang berusaha untuk ajeg sama metode ini.

Yuk, sama-sama berjuang. Aku pasti bisa! Aku pasti sembuh! Dan hal yang patut dirayakan hari ini adalah, orang-orang di rumah mau memulai masak tanpa santan. Hurray!!! Sayur lodeh tanpa santen tetep enak kan? Mari hidup sehat :-D

Tempurung kura-kura, 19 September 2016, 02.00 PM.
-- shytUrtle --


 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews